Pada suatu hari ada seorang sahabat mengirimkan sebuah messages via Friendster ke saya yang berisi:
Pernah ga' ngerasa jadi orang paling bodoh satu dunia, ngerasa paling jelek rupa dan akhlaqnya satu dunia, ngerasa ga' di anggap satu dunia, ngerasa... pokoknya segala perasaan terjatuh, perasaan yang buat diri merasa bukan siapa-siapa dalam satu dunia.... perasaan yang bertentangan dengan hawa nafsu berupa "kesombongan"...
Coba rasakan hidup pada titik terendah "ke-AKU-an", jika kita masih merasa lebih berharga dari sebutir debu berarti kita tak kenal diri sendiri, dan oprang yang tak mengenal dirinya mana mungkin dapat mengenal orang lain, apalagi Rabb-nya sangat mustahil...
ketahuliah kita lebih hina dari sebutir debu, karena sebutir debu bisa jadi senantiasa berdzikir dalam pergerakannya, sedangkan kita...??? sadarlah kalo kita memang "BUKAN SIAPA-SIAPA"
Saat rasa itu semua timbul, hidup akan terasa ga' ada manfaatnya sama sekali.... percaya deh...
Yaa... Rabb, Yaa... Aziz Yaa... Ghofar, ampuni kami , kasihani kami Yaa... Arkhamarrohimin...
Lalu saya mencoba menanggapi dengan melihat isi messages tersebut dari sudut pandang yang berbeda dan saya jawab:
Sesungguhnya tiada seorang manusia pun yang pintar di dunia ini karena segala macam jawaban asalnya dari Dzat Yang Menciptakan otak ini untuk berpikir, mulut ini untuk menjawab, dan jari jemari ini untuk menulis.
Saya tidak pernah merasa paling jelek maupun paling tampan, tapi saya merasa bersyukur diciptakan dalam keadaan seperti ini karena inilah sebaik-baik rupa bagi saya karena begitulah menurut Sang Pencipta.
Bahkan seorang Rasulullah Saw. pun selalu mengucurkan air mata memohon ampunan-Nya, lantas apa yang membuat diri kita merasa berakhlaq baik? Karena Rasulullah Saw. sendiri pernah bersabda, "Tiadalah aku diutus, melainkan untuk menyempurnakan akhlaq".
Saya tidak merasa tidak dianggap karena sekalipun tidak ada seorang manusia pun yang memperhatikan saya, namun saya yakin bahwa Allah selalu memperhatikan saya sehingga di dunia ini saya selalu merasa dianggap oleh Allah SWT.
Perasaan terjatuh tentulah ada, namun saya jadi teringat sebuah lagu, "Kau genggam tanganku.. saat diriku lemah dan terjatuh.. Kau bisikkan kata dan hapus semua sesalku..", benar kawan, Dia-lah Sang Maha Sempurna ^_^
Sungguh manusiawi memiliki rasa sombong itu, itulah sebabnya sekalipun kunci syurga bertebaran dimana-mana, namun kadang diri kita sulit 'tuk melihatnya.. Astaghfirullah..
Tapi sifat sombong itu bukanlah sesuatu hal yang mustahil untuk dikikis.
Allah Swt sudah memperingatkan betapa berharganya nyawa seorang mukmin: "Siapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang pedih baginya." (Q.S. An-Nisa: 93).
Ketahuilah kita diciptakan dari sesuatu yang hina menjadi sesuatu yang suci, namun kemudian lingkunganlah yang mengotori. Tiap orang sebenarnya dilahirkan dalam keadaan suci, namun orangtuanyalah yang menjadikan ia seorang Nasrani, Yahudi, dsb. Saya yakin Allah punya maksud tersendiri mengapa manusia diciptakan dengan kemampuan untuk berpikir dan saya pun yakin bahwa sebutir debu pun tidak kan berpindah tempat kecuali atas seizin Allah SWT.
Tiap sesuatu di dunia ini diciptakan pasti ada manfaatnya karena Allah tidak menciptakan sesuatu dengan kesia-siaan, hanya kadang kita memang perlu berusaha 'tuk mencari tahunya.
"Ya Allah, jadikanlah dalam hati kami cahaya dan lidah kami cahaya dan penglihatan kami cahaya dan di hadapan kami cahaya dan di atas kami cahaya dan di bawah kami cahaya. Ya Allah berikanlah kepada kami cahaya."
Wallahu'alam bishshowab